Suka Duka Menjadi Mahasiswa Filsafat

 

Foto Penulis 

*Oleh Akbar Pelayati, Mahasiswa AFI UIN Alauddin Makassar.

CURHATANMAHASIKSA - Jurusan Aqidah Filsafat Islam (AFI) membuka pintu luas pada tiga ranah utama: Pemikiran Islam, Tassawuf, dan Filsafat Islam. Ketiga bidang ini menjadi landasan kokoh dalam mengembangkan studi Islam, menjadi alat analisis mendalam terhadap isu-isu keagamaan kontemporer, baik di skala lokal maupun global.


Bagi mahasiswa yang memilih jalur filsafat, jurusan ini bukan sekadar pilihan, melainkan suatu kebanggaan. Namun, ironisnya, banyak mahasiswa awalnya menapaki jurusan ini dengan keraguan dan harapan yang mungkin kurang positif. Sebagian besar dari mereka mungkin masuk ke filsafat bukan karena kesadaran penuh, melainkan karena salah paham atau mungkin karena takdir terakhir.


Awalnya, para mahasiswa ini mungkin mengalami kebingungan, menganggap diri tersesat di jalur yang salah. Filsafat mendapat stigma buruk di masyarakat, dianggap sebagai ilmu yang membingungkan, bisa menyebabkan ketidakwarasan, bahkan dikaitkan dengan ateisme. Kondisi ini membawa mereka pada pertimbangan serius: pindah jurusan atau bertahan.


Namun, perjalanan ini tidak berakhir tragis. Para dosen membimbing dan meyakinkan mahasiswa bahwa mereka sejatinya tersesat, tapi dalam arah yang benar. Filsafat bukanlah jalan yang mudah, dan tidak semua orang cukup beruntung untuk menjalaninya. Dalam proses ini, mahasiswa belajar untuk bertahan dan menemukan nilai sejati dari ilmu filsafat.


Filsafat, meskipun awalnya dianggap kontroversial, ternyata mendapatkan reputasi yang sangat dihormati di kalangan mahasiswa dari jurusan lain. Mereka melihat mahasiswa filsafat sebagai individu dengan argumentasi dan pandangan yang kuat. Seiring waktu, nama Filsafat menjadi suatu kebanggaan, membuktikan bahwa memilih jalur intelektual yang sulit bisa menjadi langkah yang benar dan bermakna.



Penulis    : Akbar Pelayati

Editor      : Redaksi

Lebih baru Lebih lama